Subscribe:

Labels

Friday 5 February 2016

Kenapa Belum Punya Pacar?


.   .   .

“Kenapa kau belum punya pacar?”

“Untuk apa? Aku malah kasihan jika aku punya pacar.”

“Lho, kok kasihan?”

“Pacaran saat kita masih jauh dari menikah itu tidak mudah.”

“Ya, tentu saja. Bukankah cinta memang perlu diperjuangkan?”

“Diperjuangkan, tapi bukan berarti dilakukan dengan nekat dan tanpa memperhitungkan resiko patah hati. Alih-alih berakhir bahagia, yang aku lihat pacaran justru menyiksa pelakunya.

“Maksudmu?”

“Ketika pacaran kau memberi harapan, membicarakan janji-janji masa depan yang semuanya terlihat begitu hijau bagi pasanganmu. Semakin lama pasanganmu akan semakin berharap semua itu akan menjadi kenyataan. Tapi ketika kau tak kunjung bisa mewujudkannya, bukankah itu sama saja kau sedang menyiksa pasanganmu dengan harapan?”

“Memang terdengar menyakitkan kalau yang terjadi seperti itu.”

“Bukankah di dunia ini banyak orang yang pacaran bertahun-tahun tapi akhirnya kandas sebelum ke pelaminan? Bukankah tidak sedikit di antara pelaku pacaran yang terjebak dalam perasaannya sendiri, susah move on, bahkan sampai menikah pun mereka masih teringat pada masa-masa pacaran? Apa jadinya kalau mantan pacarnya ternyata bukan orang yang dinikahinya?”

“Menurutmu apakah itu memalukan?”

“Ya. Dan dalam standar moralku, orang yang sudah lama pacaran tapi tidak jadi nikah itu memalukan. Aku tidak mau itu terjadi padaku. Belum lagi mereka yang pacarannya kebablasan, sampai harus menjalani pernikahan yang bukan karena kesiapan melainkan karena ‘kecelakaan.’ Itu ironis sekali.”

“Tapi kau kan orang baik-baik. Kau tampan. Pintar. Kau disenangi banyak orang. Luwes dalam bergaul. Kau punya wawasan tentang bagaimana menghadapi wanita dan semacamnya. Rasa-rasanya kau tidak mungkin melakukan kekhilafan seperti itu.”

“Justru karena itulah. Aku tidak tahu kapan aku akan khilaf. Aku tidak tahu seberapa jauh aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak ada jaminan. Dan ketika kita memutuskan untuk melibatkan orang lain dalam lingkaran kehidupan kita, itu bukan persoalan main-main dan penuh coba-coba. Jika sampai orang yang aku libatkan merasa tersakiti, merasa dirugikan, maka aku akan menanggung dosa selama orang itu belum mau memaafkanku. Bukankah itu mengerikan?”

“Jadi apa yang sedang kau lakukan? Kapan kau akan mulai memikirkan tentang jalinan hubungan yang serius dengan seseorang?”


“Entahlah. Ada hal lain yang harus aku lakukan untuk saat ini. Kalau kau ingin meminta saran tentang urusan perasaan, urusan cinta, lebih baik kau tanyakan pada temanmu yang sudah menikah. Mereka pasti jauh lebih paham pahit manisnya jatuh cinta dan tahu seluk-beluk membangun komitmen yang lebih tinggi daripada seorang lajang sepertiku.”

0 comments:

Post a Comment